Dari Semarang, saya melanjutkan perjalanan ke arah barat daya, yaitu Wonosobo. Sebenarnya perjalanan ini bisa dibilang unplanned trip karena baru diputuskan saat saya berada di Semarang (hasil bujukan salah seorang teman). Saya dan 3 orang teman lainnya memutuskan untuk mengendarai sepeda motor menuju Wonosobo, dan tujuan akhir kami adalah Dataran Tinggi Dieng. Saya duduk dibonceng bersama dengan teman dari Magelang, Akbar. Ia bertugas sebagai pemegang kendali. Dua orang teman lainnya berangkat dari Solo dan kami telah sepakat untuk memilih Temanggung sebagai meeting point.
Wonosobo is a very cool place (literally).
Terletak di dataran tinggi, kota ini terasa seperti Bandung, namun tetap khas dengan
penduduknya yang hangat dan ramah. Sesampainya kami di Alun-Alun Wonosobo, kami
berempat memutuskan untuk mengisi perut dengan makanan khas daerah sini, yaitu
mie ongklok. Ada sensasi tersendiri yang
saya rasakan saat menikmati mie ini. Ini dikarenakan bahan-bahan yang dicampur
dalam mie ini cukup berbeda dari mie yang biasa saya makan. Mie ini diberi kuah yang terbuat dari kanji
kental (berbeda dengan mie banyumas dengan kuah rebusan air bawangnya). Dan
yang paling membedakan mie ongklok dengan mie lainnya adalah penggunaan potongan
daun kol dan daun kucai. I have to tell you this kind of food has a great
taste. Biasanya, seporsi mie ongklok ditemani dengan sate sapi sebagai
pelengkap.
Mie Ongklok |
Selesai makan,
kami melanjutkan perjalanan. Kurang dari satu jam, kami sampai di
Dataran Tinggi Dieng. Karena pada saat itu sedang turun hujan, kami langsung
mencari homestay untuk menginap. Di
daerah Dieng, cukup banyak homestay atau
rumah warga setempat yang bisa dijadikan tempat menginap. Kebanyakan traveller yang mengunjungi Dieng memilih
untuk menginap satu malam. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan sunrise
cantik di puncak Bukit Sikunir. Di sekitar kaki Bukit Sikunir sendiri banyak
penginapan yang disediakan, jadi Anda tidak perlu khawatir untuk mencari tempat
untuk menginap. Sebagai alternatif lain, Anda bisa membawa tenda ke atas puncak
Bukit Sikunir dan camping disana. Dibutuhkan
kurang lebih 20 menit untuk sampai ke puncak. Jalur pendakian cukup mudah
karena terlihat jelas sehingga kita cukup mengikuti jalur tersebut untuk sampai
di puncak. Di jalur pendakian Anda akan melihat hamparan bukit dan sawah warga.
Udara disini masih terasa sangat segar dan bagi Anda pecinta trekking, this is the real deal. Jangan
lupa untuk menggunakan jaket tebal dan sarung tangan, karena pada musim kemarau
dingin di Dataran Tinggi Dieng bisa terasa menusuk tulang.
A Beautiful Sunrise lvl: Sikunir |
A view from the peak of Sikunir |
Travel Note:
Anda bisa membeli camilan khas Dieng, carica, sebagai buah
tangan. Carica adalah buah sejenis pepaya yang hanya ditemukan di dataran tinggi Dieng. Kini, banyak warga asli lokal yang memulai usaha carica untuk dijadikan
sebagai makanan olahan seperti manisan, selai, ataupun keripik. Biasanya penjual
sudah menyediakan paket-paket sehingga memudahkan pengunjung yang ingin membawa
carica sebagai oleh-oleh. Feel free to bargain.